Estimated reading time: 5 minutes
Pada waktu tahun 1892, masyarakat Amerika dikejutkan oleh salah satu pembunuhan paling brutal dalam sejarah kriminal. Kasus Lizzie Borden melibatkan pembunuhan ayahnya, Andrew Borden, dan ibu tirinya, Abby Borden. Yang mengejutkan, Lizzie sendiri menjadi tersangka utama dalam peristiwa ini.
Meskipun dia akhirnya dibebaskan, banyak orang masih percaya bahwa Lizzie adalah pelakunya. Hingga kini, kasus ini tetap menjadi misteri, mengundang perdebatan sengit dan berbagai teori konspirasi.
Lalu, apa yang sebenarnya terjadi? Bagaimana kasus ini bisa menjadi legenda yang bertahan lebih dari satu abad? Untuk menjawab pertanyaan itu, kita perlu melihat latar belakang keluarga Borden dan kejadian tragis pada hari pembunuhan.
Table of contents
- Latar Belakang: Ketegangan dalam Keluarga Borden
- Kronologi Kejadian: Pembunuhan Brutal di Rumah Borden
- Penyelidikan: Bukti dan Kejanggalan dalam Kasus Lizzie Borden
- Pengadilan Lizzie Borden: Keputusan yang Mengejutkan
- Teori Misterius: Siapa Pembunuh Sebenarnya?
- Dampak Budaya: Kasus Lizzie Borden dalam Media
- Kesimpulan
- Penutup
Latar Belakang: Ketegangan dalam Keluarga Borden
Sebelum membahas kasusnya, penting untuk memahami kondisi keluarga Borden.
- Andrew Borden adalah seorang pebisnis kaya, tetapi terkenal sangat hemat.
- Abby Borden, istri keduanya, sering berselisih dengan Lizzie, terutama terkait warisan.
- Lizzie Borden tidak menyukai ibu tirinya dan diduga menyimpan kebencian mendalam.
- Bridget Sullivan, pembantu keluarga, juga tidak bahagia karena dipaksa bekerja dalam kondisi yang sulit.
Akibat konflik ini, hubungan di dalam rumah sangat tegang. Oleh karena itu, banyak yang percaya bahwa ketegangan ini bisa menjadi pemicu tragedi berdarah yang terjadi kemudian.
Kronologi Kejadian: Pembunuhan Brutal di Rumah Borden
Pagi Hari yang Mencekam
Pada 4 Agustus 1892, tragedi ini terjadi di rumah keluarga Borden di Fall River, Massachusetts.
- Pukul 9:30 – 10:30 pagi: Abby Borden dibunuh di lantai atas dengan 18-19 pukulan kapak.
- Pukul 10:45 – 11:00 pagi: Andrew Borden ditemukan tewas di sofa ruang tamu. Wajahnya hancur dengan 10-11 luka kapak.
Saat itu, hanya ada tiga orang di rumah: Lizzie Borden, Bridget Sullivan (pembantu), dan korban Andrew Borden.
Lizzie mengklaim bahwa dia berada di dalam rumah tetapi tidak mendengar suara apapun. Namun, beberapa saksi mengatakan bahwa dia tampak tenang dan tidak terganggu setelah kejadian. Dengan begitu banyak kejanggalan, penyelidikan pun segera dilakukan.
Penyelidikan: Bukti dan Kejanggalan dalam Kasus Lizzie Borden
Saat polisi tiba, mereka langsung mencurigai Lizzie. Selain tidak ada tanda-tanda perampokan, dia juga memberikan kesaksian yang berubah-ubah.
Berikut adalah beberapa bukti yang memperkuat dugaan bahwa Lizzie mungkin bersalah:
- Lizzie memberikan pernyataan yang tidak konsisten tentang keberadaannya saat pembunuhan terjadi.
- Sehari sebelum kejadian, dia mencoba membeli sianida di apotek, tetapi ditolak.
- Beberapa hari setelah pembunuhan, dia membakar gaun yang diduga memiliki noda darah.
- Tidak ada tanda perampokan atau pencurian, sehingga pembunuhan ini tampaknya bukan kejahatan acak.
Meskipun bukti tidak langsung cukup kuat, polisi tetap menghadapi kendala. Senjata pembunuhan tidak pernah ditemukan secara pasti. Polisi memang menemukan kapak di rumah, tetapi kepalanya bersih, seolah baru dicuci.
Akibatnya, tanpa bukti forensik yang jelas, kasus ini menjadi semakin sulit untuk diselesaikan.
Pengadilan Lizzie Borden: Keputusan yang Mengejutkan
Pada Juni 1893, Lizzie diadili dalam persidangan yang menarik perhatian seluruh negeri. Oleh karena itu, banyak yang menunggu hasilnya dengan penuh rasa ingin tahu.
Beberapa faktor yang menyebabkan Lizzie dibebaskan antara lain:
- Tidak ada saksi mata yang melihatnya melakukan pembunuhan.
- Tidak ada bukti darah di pakaian Lizzie saat kejadian.
- Tim pembela berhasil meyakinkan juri bahwa seorang wanita dari keluarga kaya tidak mungkin melakukan kejahatan mengerikan ini.
Akhirnya, pada 20 Juni 1893, Lizzie dinyatakan tidak bersalah. Meskipun demikian, masyarakat tetap percaya bahwa dia adalah pelakunya.
Teori Misterius: Siapa Pembunuh Sebenarnya?
Hingga kini, kasus Lizzie Borden tetap menjadi misteri. Beberapa teori yang berkembang meliputi:
1. Lizzie Borden Adalah Pelakunya
- Dia memiliki motif kuat: kebencian terhadap ibu tiri dan keinginan atas warisan.
- Diduga, dia mengganti bajunya setelah pembunuhan untuk menghilangkan bukti.
2. Bridget Sullivan, Sang Pembantu, Adalah Pelaku
- Bridget merasa muak dengan perlakuan keluarga Borden.
- Dia berada di rumah saat pembunuhan terjadi, tetapi kesaksiannya tidak diteliti lebih lanjut.
3. Pembunuh Misterius dari Luar
- Beberapa orang percaya bahwa ada orang asing yang masuk ke rumah dan membunuh pasangan Borden.
- Namun, karena tidak ada tanda perampokan, teori ini dianggap kurang kuat.
Meskipun banyak teori muncul, tidak ada yang benar-benar bisa membuktikan siapa pembunuh sebenarnya. Oleh karena itu, kasus ini tetap menjadi teka-teki.
Dampak Budaya: Kasus Lizzie Borden dalam Media
Kasus ini tetap hidup dalam budaya pop hingga kini. Beberapa karya terkenal yang terinspirasi dari kisah ini adalah:
- Film: Lizzie Borden Took an Ax (2014).
- Serial TV: The Lizzie Borden Chronicles.
-
Puisi anak-anak terkenal:“Lizzie Borden took an axe,
And gave her mother forty whacks,
When she saw what she had done,
She gave her father forty-one.”
Bahkan, rumah tempat kejadian telah berubah menjadi museum dan penginapan berhantu.
Kesimpulan
Apakah Lizzie benar-benar bersalah? Ataukah dia hanya korban sistem hukum yang tidak sempurna? Tidak ada jawaban pasti. Namun, yang jelas, kasus ini akan terus menjadi sumber diskusi dan inspirasi selama bertahun-tahun.
Penutup
Bahkan jika dipandang dari segi agama, cerita yang beredar baik di media official dan non-official. Dalam kasus misteri Lizzie Borden, bisa dianggap relevan dengan konsep tujuh dosa besar dalam agama Kristen. Beberapa dosa yang paling relevan dan tidak patut untuk dicontoh antara lain:
-
Ketamakan (Greed)
Lizzie dan kakaknya ingin mendapatkan warisan ayah mereka, tetapi ayahnya lebih memihak ibu tiri mereka, Abby Borden. Motif keuangan ini menjadi salah satu alasan utama mengapa banyak yang percaya bahwa Lizzie membunuh mereka. -
Kemarahan (Wrath)
Lizzie memiliki kebencian mendalam terhadap ibu tirinya. Hubungan buruk ini berpotensi mendorongnya untuk melakukan tindakan kekerasan terhadap Abby dan, kemudian, ayahnya. -
Iri Hati (Envy)
Lizzie merasa haknya sebagai anak kandung tidak diakui dan cemburu terhadap perlakuan istimewa yang diterima Abby. Kecemburuan ini bisa saja berubah menjadi kebencian yang ekstrem. -
Kesombongan (Pride)
Setelah persidangan, Lizzie tidak menunjukkan tanda-tanda penyesalan. Bahkan, dia menjalani hidupnya dengan penuh kemewahan, seolah tidak pernah terjadi apa-apa. -
Kemalasan (Sloth)
Kegagalan polisi dalam menangani kasus ini menjadi salah satu alasan mengapa Lizzie dibebaskan. Jika penyelidikan dilakukan lebih profesional dan cepat, mungkin kasus ini sudah terpecahkan.
Hingga lebih dari 130 tahun kemudian, kasus Lizzie Borden masih menjadi salah satu misteri kriminal terbesar di Amerika.
NOTES
semua gambar hanya illustrasi dan dibuat mirip sedemikan rupa.