Tragedi Penerbangan American Airlines 191 (1979): Kecelakaan Pesawat Terganas di Sejarah Amerika Serikat

Tragedi Penerbangan American Airlines 191

Estimated reading time: 5 minutes

Pada tanggal 25 Mei 1979, dunia tragedi penerbangan Amerika Serikat diguncang oleh kecelakaan fatal yang melibatkan American Airlines Penerbangan 191. Pesawat McDonnell Douglas DC-10 tersebut jatuh hanya beberapa detik setelah lepas landas dari Bandara Internasional O’Hare, Chicago. Insiden ini menewaskan seluruh 271 penumpang dan kru di dalam pesawat serta dua orang di darat. Peristiwa ini dikenang sebagai salah satu insiden penerbangan terbesar dalam sejarah AS.


Kronologi Tragedi Penerbangan Pesawat American Airlines 191

American Airlines Penerbangan 191 dijadwalkan terbang dari Chicago menuju Los Angeles. Pesawat yang digunakan adalah McDonnell Douglas DC-10, salah satu jenis pesawat berbadan lebar yang populer pada masanya. Pada hari kejadian, pesawat itu membawa 258 penumpang dan 13 kru.

Lepas Landas yang Gagal

Saat pesawat melaju di landasan pacu 32R di Bandara Internasional O’Hare, segalanya tampak normal. Namun, hanya beberapa detik setelah roda terangkat dari tanah, mesin nomor satu yang terletak di sayap kiri terlepas sepenuhnya dari badan pesawat. Mesin yang jatuh itu merusak bagian atas sayap kiri, menghancurkan sistem hidraulik, dan memutuskan kabel kontrol vital.

Kerusakan tersebut menyebabkan pesawat kehilangan kendali atas sistem aerodinamisnya, khususnya di sayap kiri. Tanpa daya angkat yang memadai di satu sisi, pesawat mulai miring tajam ke kiri, yang akhirnya berujung pada jatuhnya pesawat di sebuah lapangan dekat pemukiman.

31 Detik Menuju Tragedi

Dari lepas landas hingga jatuh, tragedi penerbangan ini hanya berlangsung selama 31 detik. Pesawat menghantam tanah dengan kecepatan tinggi, menyebabkan ledakan dahsyat yang menghancurkan badan pesawat sepenuhnya. Seluruh 271 penumpang dan kru tewas di tempat, menjadikannya kecelakaan penerbangan terburuk dalam sejarah AS pada waktu itu.


Penyebab Kecelakaan: Kesalahan Pemeliharaan yang Fatal

Investigasi oleh Dewan Keselamatan Transportasi Nasional (NTSB) menemukan bahwa kecelakaan ini disebabkan oleh serangkaian kesalahan manusia dalam prosedur pemeliharaan pesawat.

Prosedur Pemeliharaan yang Tidak Tepat

Selama beberapa bulan sebelum kejadian, American Airlines menggunakan metode yang tidak standar untuk melepas dan memasang kembali mesin DC-10. Teknisi menggunakan forklift untuk mempermudah proses perbaikan, yang sebenarnya melanggar pedoman teknis pabrikan McDonnell Douglas. Akibatnya, rangka penyangga mesin mengalami tekanan berlebih dan retak.

Retakan ini tidak terdeteksi selama pemeriksaan rutin, karena American Airlines mengabaikan panduan resmi dalam proses inspeksi. Retakan yang tidak diperbaiki inilah yang menjadi penyebab utama mesin lepas saat pesawat sedang lepas landas.

Kegagalan Sistem Hidraulik

Ketika mesin nomor satu terlepas, kerusakan pada sayap kiri juga menghancurkan sistem hidraulik pesawat. Sistem ini berfungsi untuk mengendalikan permukaan aerodinamis pesawat, termasuk flap dan aileron. Tanpa kendali ini, pilot kehilangan kemampuan untuk menstabilkan pesawat, yang akhirnya menyebabkan kecelakaan.


Dampak dan Perubahan Setelah Kecelakaan

Dampak dan Perubahan Setelah Kecelakaan

Tragedi Penerbangan 191 membawa dampak besar tidak hanya bagi keluarga korban, tetapi juga bagi industri penerbangan secara keseluruhan. Beberapa perubahan signifikan yang terjadi setelah insiden ini adalah sebagai berikut:

1. Regulasi Pemeliharaan Pesawat

Setelah kecelakaan, otoritas penerbangan seperti Federal Aviation Administration (FAA) memperketat aturan mengenai pemeliharaan pesawat. Prosedur pemeliharaan yang tidak sesuai standar pabrikan dilarang keras, dan teknisi diwajibkan untuk mematuhi pedoman resmi.

2. Inspeksi Ulang DC-10

Pesawat McDonnell Douglas DC-10 menjadi fokus utama setelah kecelakaan ini. Seluruh armada DC-10 di dunia diperiksa ulang untuk memastikan tidak ada kerusakan serupa pada rangka penyangga mesin. Hal ini menyebabkan grounding sementara seluruh DC-10, yang secara signifikan memengaruhi reputasi pesawat tersebut.

3. Pelatihan Teknisi yang Lebih Baik

Maskapai penerbangan meningkatkan pelatihan teknisi mereka agar lebih memahami pedoman teknis pabrikan dan pentingnya inspeksi menyeluruh. Prosedur pelatihan ini menjadi standar baru di industri penerbangan.

4. Perubahan Desain Pesawat

Meskipun McDonnell Douglas mempertahankan desain DC-10, perubahan dilakukan pada sistem penyangga mesin dan hidraulik untuk mencegah kejadian serupa di masa depan. Selain itu, pabrikan pesawat lain juga mengambil pelajaran dari insiden ini untuk meningkatkan keselamatan desain pesawat mereka.


Korban Jiwa dan Peringatan Tragedi Penerbangan

Korban Jiwa

Seluruh 271 orang di dalam pesawat meninggal dunia dalam kecelakaan ini, termasuk kru. Dua orang di darat juga menjadi korban akibat ledakan dan puing-puing pesawat yang menghantam area pemukiman. Ini menjadikan Penerbangan 191 sebagai kecelakaan penerbangan paling mematikan dalam sejarah AS hingga hari ini.

Peringatan untuk Korban

Sebagai penghormatan kepada para korban, sebuah monumen didirikan di Des Plaines, Illinois, dekat lokasi kecelakaan. Monumen ini menjadi tempat ziarah bagi keluarga korban dan masyarakat yang ingin mengenang tragedi tersebut.


Pelajaran Penting dari Tragedi Penerbangan 191

Kecelakaan American Airlines 191 memberikan pelajaran penting bagi dunia penerbangan, khususnya mengenai pentingnya pemeliharaan pesawat yang tepat dan standar keselamatan yang ketat. Beberapa poin utama yang bisa diambil dari tragedi ini meliputi:

  • Keselamatan adalah Prioritas Utama: Maskapai penerbangan tidak boleh mengorbankan keselamatan demi efisiensi operasional.
  • Patuhi Pedoman Teknis: Mengikuti pedoman teknis pabrikan adalah hal mutlak dalam pemeliharaan pesawat.
  • Pentingnya Pelatihan dan Inspeksi: Teknisi yang terlatih dan inspeksi yang menyeluruh dapat mencegah tragedi seperti ini.

Baca Juga: Anna Fallarino & Casati Stampa: Tragedi Cinta dan Skandal Italia


Kesimpulan

Tragedi American Airlines Penerbangan 191 adalah pengingat menyakitkan akan pentingnya keselamatan dalam dunia penerbangan. Kecelakaan yang merenggut nyawa 273 orang ini memicu reformasi besar-besaran dalam prosedur pemeliharaan pesawat, desain pesawat, dan regulasi keselamatan penerbangan.

Penutup

Bahkan jika dipandang dari segi agama, cerita yang beredar baik di media official dan non-official. Dalam “Insiden Penerbangan” sudah masuk ke dalam beberapa dosa besar yang wajib dihindari oleh kita semua yaitu:

  1. Kesombongan (Pride)
    American Airlines menunjukkan kesombongan dengan mengabaikan pedoman resmi pabrikan McDonnell Douglas untuk prosedur pemeliharaan
  2. Ketamakan (Greed)
    Kecenderungan untuk mengutamakan efisiensi biaya dan waktu di atas keselamatan menjadi faktor utama dalam tragedi ini. Maskapai memilih metode pemeliharaan yang lebih murah dan cepat.
  3. Kemalasan (Sloth)
    Kelalaian dalam inspeksi rutin turut berkontribusi pada tragedi ini. Kerusakan pada rangka penyangga mesin sudah ada jauh sebelum kecelakaan, tetapi tidak terdeteksi oleh teknisi. Hal ini menunjukkan kurangnya perhatian terhadap detail penting selama pemeriksaan pesawat.
  4. Hawa Nafsu (Lust)
    Keinginan untuk mencapai hasil yang cepat tanpa memperhatikan kualitas terlihat dari keputusan untuk mempercepat prosedur pemeliharaan. Penggunaan forklift untuk memasang mesin menjadi bukti bahwa maskapai mengutamakan efisiensi waktu dibandingkan mengikuti standar prosedur yang lebih aman.

Meski waktu telah berlalu, peristiwa ini tetap menjadi pelajaran abadi bahwa setiap aspek dalam penerbangan, mulai dari pemeliharaan hingga pengawasan regulasi, harus selalu dijalankan dengan standar tertinggi.

NOTES

semua gambar hanya illustrasi dan dibuat mirip sedemikan rupa.

Reff Pages

https://dunia.espos.id/sejarah-hari-ini-25-mei-american-airlines-jatuh-di-perumahan-chicago-1324904

https://www.britannica.com/event/American-Airlines-Flight-191

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *